FBB
KEB

IHB

Labu Kuning, Sering di Pandang Sebelah Mata Padahal Sarat Manfaat

Hampir semua orang mengenal labu kuning. Harganya juga relatif murah. Bisa buat campuran sayuran, namun diolah jadi berbagai macam cemilan juga bisa. Indonesia butuh diversifikasi pangan.

 

 

labu dan diversifikasi pangan

 

Di Kalimantan Selatan, orang menyebutnya waluh. Waluh atau labu kuning (Cucurbita moschata), buah yang hampir ada di seluruh wilayah di indonesia.

 

Ada memori masa kecil yang nggak bisa saya lupakan soal labu kunng ini. Katika kecil, ibu saya hobi sekali memasak sayur bayem atau sayur bening. Biasanya campurannya selain sayur bayar adalah kacang panjang dan waluh ini.

 

Uniknya, ketika kecil, kami agak dipaksa mengkonsumsi waluh yang ada dalam campuran sayur bayam ini. Katanya, waluh ini akan meningkatkan kecerdasan. Ketika beranjak dewasa, saya semakin paham, memang terdapat banyak kandungan gizi dalam labu kuning ini. Kandungan nutrisinya sangat lengkap.

 

Labu kuning antara lain mengandung, vitamin K, folat, vitamin B, atioksidan seperti antosianin, lutein, kolin, dan karoten. Pantas saja, buah yang satu ini direkomendasikan di keluarga saya sebagai penambah kecerdasan hehehe. 

 

Faktanya sih sebnarnya, baik anak-anak maupun orang dewasa memang bagus untuk mengkonsumsi labu kuning.

 

Oh iya, labu kuning bukakn hanya enak buat campuran sayur bayam tadi. Berbagai panganan khas juga bisa tercipta dari buah yang satu ini. Dengan modal Rp 3000 saja beli labu kuning, bisa tercipta berbagai jenis kue. Di bawah ini saya akan menguraikan dua diantaranya yang khas di daerah kami sekaligus favorit di keluarga saya.

 

Pilus Waluh

 

Panganan yang satu ini sudah jadi panganan turun temurun di daerah kami. Mambuatnya juga sangat gampang. 

 

pilus waluh khas banjar
dokuentasi pribadi


 

 

Labu cukup dikupas kemudian dikukus. Bila sudah lembek tinggal dipencet-pencet pakai sendok. Campurkan tepung secukupnya, telur, vanilla, gula garam secukupnya. Tinggal dibentuk dan digoreng.

 

Praktis banget kan?

 

Kue yang rasanya manis gurih ini tentu saja bergizi juga. Selain sehat karena merupakan pangana rumahan juga mengenyangkan karena mengandung karbohidrat dari tepung maupun labunya. Tetap ada proteinnya karena bahan telur di dalamnya. Tentu saja berlemak karena digoreng dengan minyak. Namun bisa disiati dengan menyaring agak lama, sehingga minyaknya juga lepas dari pilus waluh ini. 

 

Pais Waluh

 

Di Jawa masakan ini disebut kue nagasari labu kuning. Di Banjarmasin orang mengenalnya dengan pais waluh. Hidangan yang satu ini juga sangat praktis. Walau masuk kategori hidangan tradisional, alhamdulillah anak-anak juga suka.

 

pais waluh
sumber foto : kangkungmantap


 

Cara memasaknya praktis juga. Labu bisa diparut atau dikukus. Kamudian labu kukus campurkan dengan tepung beras dan kelapa parut (beberapa orang menggunakan santan juga sebagai ganti kelapa parut). Jangan lupa tambahkan gula dan garam sesuai selera.

Bila sudah tercampur semua, bungkuslah dengan daun pisang. Kukus kurang lebih 15 menit an. Pais waluh sudah siap dihidangkan. 

 

Panganan lain

 

 

Tentu saja, masih banyak panganan lain yang bisa diolah dari labu kuning ini. Sebut saja bolu labu, kolak labu, pudding labu, brownies labu dan masih bayak lainnya. Bila kamu penggemar jajanan tradisional, tentu saja berbagai olahan labu ini sangat layak dicoba.

Disamping banyak manfaat dan nilai gizi yang sudah disebutkan diatas tadi. Tapi tentu saja perlu waktu dan sedikit tenaga untuk menghasilkan kue-kue ini. Kalau bagi saya, pais waluh dan pilus adalah yang paling gampang, enak sekaligus bergizi.

 

Ketahanan Pangan

 

Indonesia tentu sangat kaya akan ragam baha pagan. Tidak selalu nasi buat mengenyangkan. Bahan lokal tentu banyak sekali yang bisa diolah dan dengan kreativitas lebih, tercipta panganan yang tentu tak kalah dengan kue modern.

Indonesia sebenarnya sangat kaya atas panganan lokal. Sayangnya hingga saat ini masih sangat terfokus pada satu bahan makanan pokok saja.

Sering kan mendengar ungkapan, “kalau belum makan nasi makan belum kenyang”. Nah, hampir semua daerah di Indonesia, ungkapan ini berlaku. Apalagi mereka yang ke luar negeri, maka nasilah yang utama dicari.

Hingga saat ini, pemerintah sendiri berupaya mendorong diversifikasi pangan agar masyarakat bisa memvariasi makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terlalu terfokus pada satu jenis saja yaitu nasi.

Pemerintah juga ingin membudayakan pola konsumsi pangan yang bergam sekaligus bergizi, seimbang dan aman di konsumsi. Tentu saja tujuan jangka panjangnya adalah hidup yang lebih berkualitas, sehat, aktif dan produktif.

 

Selain labu kuning yang sudah banyak kita bahas diatas, masih banyak bahan makanan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pangan, sebut saja jagung, sorgum, singkong, sagu, sorgum dan banyak lagi.

 

Sayangnya hingga saat ini, pemerintah dinilai belum berhasil karena memang ketergantungan terhadap beras yang sangat tinggi. Di beberapa daerah, misalnya Indonesia Timur, yang dulunya banyak mengkonsumsi sagu, kini juga banyak tergantung pada beras.

 

Makanan seperti sagu kini hanya sebatas pangan pelengkap dan bukan menjadi bahan utama bagi masyarakat untk pemenuhan karbohidrat mereka sehari-hari. Padahal, diversifikasi pangan adalah kunci ketahanan pangan. 

 

Menjaga Lingkungan Hidup Indonesia

 

Salah satu upaya yang bisa dilakukan agar bisa menjaga lingkungan hidup dapat berkontribusi dalam memelihara keanekaragaman pangan yang ada di Indonesia adalah dengan ikut memelihara lingkungan hidup demi lestarinya keaneka ragaman hayati.

 

Di Indonesia, data SEAMEO BIOTROP pernah menyebutkan ada lebih dari 800 spesies tumbuhan tumbuh di Indonesia, dengan  77 jenis karbohidrat, 75 jenis lemak/minyak, 26 kacang-kacangan, 389 buah banyak ditemukan di Indonesia (2009).

 

12 tahun berlalu sejak dirilis data tersebut, bisa jadi jumlahnya sudah semakin berkurang. Namun yang jelas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Namun, ketidakpedulian, bisa saja membuat jumlahnya semakin langka dari tahun ke tahun.

 

labu kuning,alternatif pangan

 

 

Salah satu yang harusnya bisa menjadi contoh bagi kita semua adalah yang dilakukan Maria Loretta, seorang petani dari Way Otan Farm, Adonara Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur telah melestarikan tanaman pangan lokal seperti sorgum, jelai, beras hitam, jewawut dan bahan pangan lain yang sudah mulai susah ditemui di kampungnya.

 

Alasan melestarikannya adalah bahan makanan tersebut sudah dikealnya sejak kecil bahkan tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca NTT.

Maria yang lulusan Fakultas Hukum dan berdarah Dayak berhasil melestarikan pangan lokal seperti sorgum, jelai, beras hitam, dan jewawut.

 

"Berburu benih itu menghabiskan uang cukup banyak karena transportasi itu tidak banyak (di Flores). Kenapa saya harus berburu? Karena saya ingin menyelamatkan plasma nutfah-nya," kata Maria dalam sebuah kesempatan, di 2012.

 

Kini Maria memang sudah memetik hasil kerja kerasnya. Bukan hanya pangan lokal yang bisa lestari dan dibudidayakan petani di wilayahnya, tetapi juga Maria berhasil keluar sebagai juara Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Award dalam kategori Prakarsa Lestari Kehati. Kategori ini diberikan pada individu/kelompok yang melestarikan keanekaragaman hayati. Atas kemenangan ini, Maria berhak atas trophy dan hadiah uang Rp25 juta.

 

Maria sudah membuktikan jalan ninjanya, bagaimana dengan kita?

 

 

 


2 komentar

Terima Kasih sudah berkunjung dan berkomentar dengan baik. Mohon sebutkan nama atau akun google-nya ya

Untuk yang menyertakan link hidup atau tanpa identitas, mohon maaf, komennya tidak akan di ditampilkan :) Terima kasih
Kumpulan Emak Blogger (KEB)
Kumpulan Emak Blogger (KEB)
Female Blogger of Banjarmasin
Female Blogger of Banjarmasin